Manfaat Ikan Lele bagi Balita

Jumat, 08 November 2013
Posted by Unknown
Manfaat Ikan Lele bagi Balita

Ikan lele memiliki kandungan dari nutrisi yang tinggi, sekitar 20% atau lebih dari nilai gizi harian yang dianjurkan untuk dikonsumsi berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).
Ketika dimasak (panas kering), ikan lele  mengandung 0,333 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.1g), DHA (0.137g), dan ALA (0.096g), per 100 gram ikan lele. Ketika dimasak (panas kering), lele mampu menghasilkan 0,259 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.049g), DHA (0,128), dan ALA (0.082g), per 100 gram ikan lele mengacu pada sumber ikhtiar gizi : http://www.mothernature.com/Library
Ahli nutrisi gizi Dr. Achmad Subagio dari Universitas Jember mengemukakan bahwa ikan lele memiliki kandungan gizi yang setara dengan daging sapi apabila dikonsumsi dalam jumlah tertentu.  Setelah bergelut sekitar 2 tahun, doktor lulusan Jepang itu baru bisa menemukan daging alternatif pengganti daging sapi. Hanya mengandalkan ikan Lele seberat 2,5 kilogram, Dr. Achmad Subagio berhasil membuat daging alternatif seberat 1 kilogram.
Selain itu, menurut Dr. Achmad Subagio mengklaim bahwa daging Lele dapat merangsang perkembangan otak anak. “Kandungan gizi daging Lele sangat tinggi, banyak mengandung vitamin A,” ujarnya.  Daging ikan lele mengandung poli asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang terdiri dari omega-3 dan omega-6. PUFA tidak disintesa tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan. Lemak ikan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipid) kolesterol dalam plasma darah,
Selain itu, kandungan lemaknya jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi atau daging ayam. Daging ikan lele hanya mengandung lemak 2 gram saja. Ini jauh lebih rendah di bandingkan sapi (14 gram) dan ayam (25 gram). Sehingga, daging ikan lele lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat.
Prof. Dr. Made Astawan seorang ahli teknologi pangan dan gizi memaparkan bahwa ikan lele mengandung protein dengan kadar lisin dan leusin lebih tinggi dibanding daging sapi. Leusin sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sementara lisin sangat dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pertumbuhan. Asam amino lisin menjadi kerangka bagi niasin dan sering dilibatkan dalam pengobatan penyakit herpes.
Masih menurut Prof. Dr. Made Astawan,dilihat dari komposisi gizinya ikan lele juga kaya fosfor. Nilai fosfor pada ikan lele lebih tinggi daripada nilai fosfor pada telur yang hanya 100 mg. Peran mineral fosfor menempati urutan kedua setelah kalsium.
Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat, 80 persen berada pada tulang dan gigi. Fungsi utamanya sebagai pemberi energi dan kekuatan untuk metabolisme lemak dan pati, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium.
Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibanding saat-saat tidak mengandung karena ibu hamil butuh fosfor lebih banyak untuk tulang janinnya. Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari tulang sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga diperhatikan.

Dilihat dari perbandingan kalium dan natrium yang mencapai 24,5:1, ikan lele dapat digolongkan sebagai makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah. Makanan tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah bila mengandung rasio kalium terhadap natrium minimal 5:1.
Kalium diketahui bermanfaat untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.
Bunda Qifie

(Sumber :  www.lelenusantara.com)
Penyakit Ikan dan Obat Herbal

Penyebab penyakit ikan golongan parasit
Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang  disebabkan oleh protozoa, helminthes (cacing), dan crustacea  (udang-udangan). Parasit protozoa yang dilaporkan menyerang ikan air  tawar antara lain meliputi Costia, Chilodonella, Trichodina,  Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus dan Myxosoma cerebralis.  Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dapat dibagi menjadi 3  (tiga) kelompok besar yaitu Platyhelminthes, Nematoda, dan  Acanthocephala. Di Indonesia dikenal antara lain 2 genus dari kelas  Trematoda yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar yaitu  Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Walaupun masih ada jenis-jenis lain namun  kedua jenis cacing tersebut di atas yang paling sering ditemukan pada  ikan.

Penyebab penyakit ikan golongan jamur
Beberapa jenis penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan antara  lain adalah Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. Jamur yang  paling sering ditemukan pada ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. dan  Achlya sp.

Penyebab penyakit ikan golongan bakteri
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan golongan bakteri yang sering  menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya ikan antara lain meliputi  Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Mycobacterium spp, Nocardia  sp., Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus spp.,  Pasteurella sp, Yersinia ruckeri, Pseudomonas sp. dan Streptomyces sp.



Penyebab penyakit ikan golongan virus
Beberapa jenis virus diketahui dapat menyerang ikan-ikan budidaya dan  menimbulkan permasalahan yang serius antara lain Channel Catfish Virus  Disease (CCVD), Spring Viraemia of Carp (SVC), Infectious Pancreatic  Necrosis (IPN), Lymphocystis Disease (LD), Infectious Hematophoietic  Necrosis (IHN), Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Koi Herpes Virus (KHV).

PENCEGAHAN PENYAKIT IKAN
Pada prinsipnya pencegahan dapat ditinjau berbagai pendekatan lingkungan, inang dan pathogen.
Pendekatan lingkungan dilakukan dengan menjaga kualitas air supaya  tetap mendukung bagi kehidupan ikan, menjaga wadah budidaya tetap bersih  dan sehat dan menghindari pengggantian air yang mendadak sehingga tidak  menyebabkan ikan menjadi stress. Selain itu penggunaan  probiotik/bioremediasi kini sudah banyak dilaksanakan.
Pendekatan inang dilakukan dengan cara penanganan ikan yang  baik/tidak kasar, sehingga tidak mengakibatkan ikan menjadi luka/lecet  dan tidak stress, pengaturan kepadatan ikan yang disesuaikan dengan  ukuran ikan dan daya dukung lahan, pemberian pakan yang tepat mutu  (mengandung bahan nutrisi yang diperlukan oleh ikan). Pakan yang  diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan (tepat ukuran).  Selain itu pemberian pakan harus tepat waktu pemberian artinya kapan  waktu yang tepat untuk memberi pakan. Misalnya untuk ikan yang sifatnya  nocturnal (misalnya ikan Lele) pakan porsi terbanyak sebaiknya diberikan  pada waktu sore atau malam hari. Sedangkan bagi ikan yang non-nocturnal  maka pakan bisa diberikan pagi, siang dan sedikit pada waktu sore hari.  Guna menjaga kesehatan ikan juga dapat dilakukan dengan menimbulkan  kekebalan ikan. Kekebalan pada ikan dapat dibedakan menjadi kekebalan  yang specific (humoral) dan kekebalan non-specific  (selular/cell-mediated immunity). Kekebalan spesifik artinya kekebalan  yang dibentuk hanya efektif untuk mencegah terhadap suatu patogen  tertentu. Misalnya pemberian vaksin anti Vibrio pada ikan maka kekebalan  yang terbentuk hanya mampu untuk mencegah penyakit akibat infeksi  bakteri Vibrio sp. Sedang kekebalan yang non-spesific adalah kekebalan  yang dibentuk untuk sebagai anti dari berbagai infeksi. Kekebalan  seperti ini biasa diproduksi dengan cara pemberian immunomodulator yaitu  antara lain Vitamin C, Lypopolysaccharide (LPS), dan ?- glucan.
Pendekatan patogen, pada prinsipnya kita menjaga supaya virulensi  patogen tidak meningkat. Virulensi patogen biasanya berkaitan erat  dengan makin memburuknya lingkungan dan juga dengan derajat stres dari  inangnya. Jadi supaya patogen tidak meningkat patogenitasnya kita harus  menjaga agar kondisi lingkungan tidak semakin buruk dan menjaga agar  inang tetap dalam keadaan kondisi yang prima. Kondisi lingkungan yang  makin buruk akan memacu perkembangan patogen lebih meningkat.
Pada intinya, mencegah penyakit dapat dilakukan melalui manajemen  budidaya secara menyeluruh, termasuk di dalamnya penerapan padat tebar  yang disesuaikan dengan daya dukung lahan, melaksanakan manajemen  lingkungan dan manajemen pakan. Manajemen lingkungan yang dimaksud  adalah menjaga lingkungan perairan supaya selalu berada dalam kondisi  yang kondusif bagi kehidupan ikan dan tidak banyak menimbulkan tekanan.  Pakan yang diberikan pada ikan harus tepat mutu, tepat jumlah, tepat  waktu pemberian dan tepat ukuran.

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT IKAN
Salah satu alternatif penanggulangan penyakit ikan air tawar yang aman  adalah dengan menggunakan tanaman obat. Bahan obat lain yang relatif  lebih aman untuk lingkungan dan efektif dalam mengobati penyakit ikan  dapat menggunakan bermacam-macam tanaman obat tradisional. Indonesia  sebagai negara tropis memiliki kekayaan tanaman yang berpotensi menjadi  obat. Banyak jenis tanaman yang mengandung senyawa yang bersifat  antimikroba. Sejumlah tanaman mengandung senyawa bersifat bakterisidal  (pembunuh bakteri), dan bakteristatik (penghambat pertumbuhan bakteri).  Dari beberapa percobaan, fitofarmaka terbukti efektif mengatasi penyakit  ikan air tawar dan memiliki beberapa keuntungan, seperti : Pertama,  dapat menjadi bahan alami pengganti antibiotik untuk pengendali penyakit  yang disebabkan bakteri. Kedua, ramah terhadap lingkungan, mudah  hancur/terurai, dan tidak menyebabkan residu pada ikan dan manusia.  Ketiga, mudah diperoleh dan tersedia cukup banyak, keempat harganya  ekonomis dan cukup murah.
Fitofarmaka yang dapat dijadikan pengganti antibiotik untuk mengatasi  penyakit ikan air tawar adalah bawang putih (Allium sativum), dan daun  ketapang (Termmalia cattapa). Hasil penelitian lainnya menginformasikan  bahan lain yang dijadikan bahan antibiotik adalah daun sirih (Piper  betle L), daun jambu biji (Psidium guajava L), jombang (Taraxacum  officinale) dan daun sambiloto (Androgaphis paniculata). Daun sirih  diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida.  Tanaman sambiloto bersifat anti bakteri, sedangkan daun jambu biji  selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral.
Jenis Tanaman Dosis Perlakuan Peruntukan/Khasiat
1 Meniran
5000 mg/l
Rendam (5 jam)
Anti. Aeromonas hydrophila

2 Kipahit
10.000 mg/l
Rendam (3 jam)
Anti. Mycobacteriosis




3 Daun semboja
600-700mg/l
Rendam
Anti Aeromonas hydrophila

4 Sambiloto 200-300 mg/l
Rendam (lama)
Anti Aeromonas hydrophila
400 mg/l Rendam (lama) Meringankan KHV
Penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang potensi  ekstrak daun kipahit (Picrasma javanica) dalam penanggulangan penyakit  “mycobacteriosis” pada ikan Gurame telah dilakukan di Laboratorium  penyakit ikan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Ekstrak  daun kipahit secara invitro pada berbagai dosis diuji efektifitasnya  terhadap bakteri Mycobacterium fortuitum. LC50 bakteri Mycobacterium  fortuitum dan toksisitas ektrak daun juga diuji terhadap ikan uji.  Kegunaan ekstrak daun juga diuji bagi pengobatan ikan Gurame yang telah  diinfeksi oleh bakteri Mycobacterium fortuitum pada level 108 cfu/ml.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kipahit pada level  konsentrasi 10.000 mg/l dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji,  sedangkan perendaman ikan uji yang terinfeksi bakteri dengan dosis yang  sama dengan lama perendaman 3 jam dapat digunakan untuk pengobatan  penyakit Mycobacteriosis.
Penggunaan bahan-bahan alami digunakan untuk pengendalian jamur  antara lain dapat menggunakan kunyit, bawang putih, daun sirih, daun  pepaya dan brotowali. Bahan-bahan ini dapat berguna untuk membasmi  penyakit jamur yang menempel pada tubuh ikan, walaupun dalam membasmi  suatu penyakit dengan menggunakan bahan-bahan alami memiliki waktu yang  lama. Kemudian dari ke-5 bahan-bahan alami yang dapat menyembuhkan  penyakit jamur pada ikan yaitu bawang putih. Sumber lain menyampaikan  informasi adanya manfaat dari tanaman alami untuk obat seperti :
 Jenis Tanaman Dosis Peruntukan/Khasiat
1. Bawang putih 25mg/l Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin
2. Daun sirih 2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
3. Daun jambu biji 0,2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
4. Daun sambiloto 2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
5. Daun jombang dan ketapang 60gr/l Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin

PENUTUP

Penggunaan tumbuhan obat tradisional dalam pencegahan dan pengobatan  penyakit ikan memiliki kelebihan antara lain mudah diperoleh, murah,  efektif untuk mencegah dan mengobati penyakit ikan, dan relatif aman  bagi ikan, lingkungan, dan manusia yang mengonsumsinya (konsumer).  Selain itu, kelebihan lainnya adalah tidak menimbulkan resistensi pada  patogen.
Pengkondisian (Persiapan) Kolam Pembesaran

Untuk kolam beton yang baru saja dibuat, pastinya masih "bau semen" dan mengandung racun-racun yang terlebih dahulu harus dibuang. Caranya :
Isi kolam dengan ketinggian air sesuai peruntukan, misal 50 - 60 cm.
Rendam kolam tersebut dengan sabut kelapa sebanyak 5-10 buah ditambah 1-2 batang pohon pisang.
Perendaman dilakukan selama 7 hari berturut-turut, setelahnya air dibuang.





Untuk kolam terpal juga sebaiknya dicuci bersih dan dilakukan perendaman selama beberapa hari, sekaligus untuk memastikan kolam tidak ada yang bocor.

PENGONDISIAN AIR KOLAM DENGAN CARA PENGOMPOSAN
Setelah pembuangan racun tersebut, barulah masuk ke tahap sesungguhnya yaitu pengkondisian air kolam. Caranya :
Isi kolam dengan ketinggian air sesuai peruntukan, misal 50-60 cm.
Rendam kolam dengan kompos kotoran kambing. Dosisnya adalah 1.5kg / m2. Misal bila luas kolam 10m2, maka yang dibutuhkan adalah 15kg kotoran kambing. Kotoran kambing tersebut dimasukkan dalam karung kemudian diikat rapat agar tidak tercecer. Kotoran kambing itu juga bisa dibagi menjadi 2 atau 3 bagian karung supaya penyebarannya lebih merata ke seluruh bagian kolam.
PENTING : kotoran kambing harus merupakan kotoran baru dari kandang, bukan yang sudah dalam kemasan plastikan yang dijual di tukang pupuk tanaman karena dikhawatirkan sudah dicampur dengan zat kimia pupuk.
Tuangkan probiotik sebanyak 2-4 tutup botol ke seluruh kolam.

Lakukan perendaman (pengomposan) selama 8 hari berturut-turut, kemudian angkat kompos.

Azolla

Posted by Unknown
AZOLLA OH AZOLLA

Azolla si Pupuk Hidup. Oleh : Ratna M. Noer.
Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik. Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra. Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer.
Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah. Percobaan pada hewan ternak penghasil susu, jika pakan dicampur dengan 1.5 – 2 kg Azolla per hari menyebabkan peningkatan produksi susu sebanyak 15%. Peningkatan kuantitas susu tidak saja karena kandungan gizi Azolla saja, sehingga diasumsikan bukan hanya nutrien, tetapi juga ada peningkatan komponen lain seperti karotenoid, biopolymer, probiotik yang ikut meningkatkan produksi susu. Memberi pakan unggas dengan Azolla meningkatkan berat ayam broiler dan meningkatkan produksi telur.
Pada tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak 5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang. Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci.
Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.Azolla juga sangat mudah dibudidayakan dan sangat ideal sebagai pupuk hayati (biofertilizer) atau pupuk hijau untuk padi sawah. Permasalahan lahan di sawah adalah bahan organik tanah dan nitrogen seringkali terbatas jumlahnya, sehingga dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia (sintetis). Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina, Vietnam dan Filipina sebagai sumber N bagi padi sawah.Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara sebanyak 70 – 90%. N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari 0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang).
Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla ditumbuhkan. Dalam kondisi tersebut, dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha yang setara dengan 100 kg urea, yang notabene adalah pupuk kimia !! Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha. Azolla tumbuh dan berkembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.Wow…betapa alam dapat memberikan sesuatu yang lebih dibanding yang dapat dilakukan oleh manusia.
Nah, jika kita punya kolam atau tangki besar yang tidak terpakai seperti bath tub yang sudah tidak digunakan lagi, sementara kita punya hewan ternak atau hewan peliharaan lain, pikirkanlah untuk ‘beternak’ Azolla. Sekali saja butuh modal untuk membeli, selanjutnya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Jika tidak punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat mengambil dan menyimpan air. Azolla juga menjaga tanah tidak ‘terganggu’ saat kita menyiram tanaman dalam pot. Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?Dari hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya. Semprot stok setiap 3 bulan sekali dengan pupuk P (satu sendok makan SP-36 per liter air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang. Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?
Setelah bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh. Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi. Adapun pembiakan Azolla di kolam bisa dilakukan dengan mempersiapkan lahan tanam persis seperti pengolahan tanah untuk bertanam padi. Bedanya ketebalan tanah kolam dari dasar setidaknya antara 7-10 cm, lalu diberi pupuk dasar N,P dan K, di genangi dengan air dan jangan dibiarkan kering. Bila strain azolla didapat dari lapang jangan di tanam di kolam besar yang terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya di adaptasikan dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.
Seorang petani di Kyushu, Jepang T. Furuno berusaha keras tidak menggunakan pestisida untuk menanam padi. Pekerjaan paling sulit adalah menghilangkan gulma, yang akhirnya memunculkan ide menanam padi digabungkan dengan ternak bebek. Bebek ternyata efektif menunaikan tugas mengendalikan gulma dengan cara mengganggu permukaan tanah. Untuk menyediakan nitrogen, azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma. Di lain pihak kontribusi bebek bagi azolla adalah memberantas serangga penyerang azolla dan karena bebek selalu bergerak, menyebabkan azolla tumbuh menyebar di luasan perairan tersebut. Ekskreta (kotoran) bebek menjadi suplai fosfor bagi azolla. Akhirnya sekarang kultur padi-bebek (rice-duck-azolla system) diadopsi dan sudah umum diterapkan untuk persawahan padi organik.
International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina dan Universite Catholique de Louvain di Belgia telah menyimpan koleksi plasma nutfah azolla hidup. Hingga tahun 1997 koleksi telah mencapai sebanyak 562 aksesi yang meliputi semua species yang dikoleksi dari seluruh dunia. Koleksi dipelihara dalam bentuk kultur ujung tunas (shoot-tip agar cultures), yang ditransfer setiap 3-6 bulan. Di antara koleksi tersebut terdapat jenis yang unik yang tidak dapat diperoleh dari habitat alami karena (i) diperoleh dengan persilangan seksual (79 aksesi), (ii) Anabaena-free, hidup bebas tanpa simbiosis dengan Anabaena (20 aksesi), (iii) azolla yang bersimbiosis dengan alga hijau biru heterologous (6 aksesi), dan mutant (16 aksesi). Untuk mencegah hilangnya aksesi hampir semua azolla koleksi IRRI dibuat duplikatnya di Azolla Research Center, Fujian Academy of Agricultural Science (Fuzhou, Fujian, China).
Bergantung dari sisi mana kita melihatnya, di beberapa wilayah di negara lain yang suhunya lebih hangat, Azolla dianggap sebagai pengganggu. Jika azolla tidak mati maka akan membentuk lapisan tebal seperti selimut atau hamparan permadani yang menutupi permukaan air sehingga menjadi pesaing tumbuhan air yang tumbuh diperairan yang sama. Namun kondisi ini juga dapat menempatkan peran azolla sebagai pengendali larva nyamuk (larvicide) di sawah. Lapisan tebal azolla mengurangi laju difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga membuat larva nyamuk kekurangan oksigen dan tidak sempat menjadi nyamuk dewasa. Mungkin hal ini yang menyebabkan Azolla disebut sebagai paku nyamuk (mosquito fern) selain sebagai paku air (water fern)Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/01/26/azolla-si-pupuk-hidup/

Penetasan Artemia

Posted by Unknown
Tag :
Penetasan Cyste Artemia

Penetasan Cyste Artemia
Penetasan  kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media  penetasan (air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses  penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar  18-24 jam.
a. Proses penyerapan air
b. Pemecahan dinding cyste oleh embrio
c. Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran
d. Menetas dimana nauplius berenang bebas

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia adalah:
•Suhu
•Kadar garam
•Kepadatan cyste
•Cahaya
•Aerasi

Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di dalam  air harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai tersebut dapat  dilakukan dengan pengaerasian yang kuat. Disamping untuk meningkatkan  oksigen, pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang ditetaskan  tidak mengendap. Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan  suhu optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-29º C. Pada suhu dibawah  25º C Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan  pada suhu diatas 33º C dapat menyebabkan kematian cyste. Kadar 12 garam  optimal untuk penetasan adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan  praktis biasanya digunakan air laut (kadar garam antara 25–35 ppt).  Nilai pH air harus dipertahankan pada nilai 8 agar diperoleh penetasan  yang optimal. Adapun iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux.

Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan cyste  yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil (volume < 20l)  kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala  yang lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan  harus diturunkan menjadi 2 g per liter air. Artemia akan menetas setelah  18-24 jam. Artemia yang sudah menetas dapat diketahui secara sederhana  yakni dengan melihat perubahan warna di media penetasan. Artemia yang  belum menetas pada umumnya berwarna cokelat muda, akan tetapi setelah  menetas warna media berubah menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin  Artemia sudah menetas sempurna, oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa  Artemia sudah menetas secara sempurna disamping melihat perubahan warna  juga dengan mengambil contoh Artemia dengan menggunakan beaker glass.  Jika seluruh nauplius Artemia sudah berenang bebas maka itu menunjukkan  penetasan selesai. Akan tetapi jika masih banyak yang terbungkus  membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua Artemia menetas secara  sempurna.

Kista menetas menjadi Artemia stadia nauplius. Setelah menetas sempurna,  secara visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari coklat  muda menjadi oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam  pemanenan nauplius Artemia adalah jangan sampai tercampur antara Artemia  dan cangkang. Hal ini perlu dihindari mengingat cangkang Artemia  tersebut mengandung bahan organik yang dapat menjadi substrat  perkembangbiakan bakteri. Setelah 18 jam dimasukandalam bak penetasan  maka pengecekan apakah Artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau  belum. Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan aerasi. Sesaat setelah  aerasi dimatikan, jika secara kasat mata keseluruhan nauplius sudah  berenang bebas maka pemanenan dapat dilakukan dan aerasi tetap  dimatikan. Jika sebagian besar nauplius masih terbungkus membran dan  belum berenang bebas maka aerasi dihidupkan kembali. Selanjutnya 1 atau 2  jam kemudian dilakukan pengecekan ulang.

Langkah awal pemanenan Artemia yaitu dengan mematikan aerasi serta  menutup bagian atas wadah dengan bahan yang tidak tembus cahaya. Hal ini  dilakukan dengan tujuan memisahkan antara nauplius dan cangkang  Artemia. Cangkang Artemia akan mengambangdan berkumpul di permukaan air.  Nauplius Artemia akan berenang menuju ke arah cahaya. Karena bagian  bawah wadah tranparan dan ditembus cahaya maka nauplius Artemia akan  berkumpul di dasar wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan  nauplius, sebaiknya bagian dasar wadah disinari lampu dari arah samping.  Selain nauplius, didasar wadah juga akan terkumpul kista yang tidak  menetas. Aerasi tetapdimatikan selama 10 menit. Setelah semua cangkang  berkumpul di atas permukaan air dan terpisah dengan nauplius yang berada  di dasar wadah maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara membuka kran  pada dasar wadah (jika ada) atau dengan cara menyipon dasar. Sebelum  kran dibuka atau disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus  saringan yang berukuran 125 mikron dan dibawah saringan disimpan wadah  agar nauplius Artemia tetap berada dalam media air. Pada saat pemanenan  hindarilah terbawanya cangkang. Artemia yang tersaring kemudian dibilas  dengan air laut bersih dan siap diberikan ke larva ikan atau udang.  Selanjutnya air dan cangkang yang tersisa di wadah penetasan dibuang dan  dibersihkan.

P2MKP Mina Srikandi

Kamis, 07 November 2013
Posted by Unknown

P2MKP MINA SRIKANDI


tahun berdiri 2013
alamat : Bogor

Daftar P2MKP

Posted by Unknown
Welcome to Delcatfish Farm

promo

Arsip Delcatfish Farm

Popuer Post

DelcatfishFarm. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © delcatfish farm -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -